Rabu, 08 Februari 2012

LAPORAN LENGKAP HIDRASI AIR

 BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Senyawa atau zat padat yang tidak mengandung air disebut anhidrat sedangkan senyawa yang mengandung atau mengikat air secara kimia sebagai bagian dari kisi kristalnya disebut senyawa hidrat misalnya Ba .2H2O. Molekul yang terikat dalam hidrat disebut dengan air hidrat. Senyawa hidrat disebut juga senyawa kristal karena mengandung molekul air yang mempunyai ikatan hidrogen. Dengan adanya molekul air pada kisi kristal, maka akan menyebabkan kristal itu stabil sehingga dalam kisi yang terhidrat akan membentuk ikatan hidrogen.
Senyawa hidrat bisa mengikat satu sampai dua puluh molekul air, maka akan membentuk kristal dekahedran yang berbentuk bujur sangkar, dan senyawa ini disebut klatrat, yaitu senyawa yang besar antara molekul H2O yang berikatan hidrogen mengurung molekul netral lainnya tanpa ikatan berbentuk bujur sangkar. Melalui proses pemanasan senyawa hidrat atau garam hidrat bisa terurai menjadi senyawa anhidrat atau garam anhidrat dan uap air. Artinya, molekul air (air hidrat) terlepas dari ikatan dimana kehilangan air dari hidrat ini terjadi dalam beberapa tahap membentuk suatu rangkaian juga dengan struktur kristal yang teratur dan mengandung air lebih sedikit. Air hidrat sering terlepas ikatannya karena pemanasan.
Jika CuSO4.5 H2O dipanaskan semua airnya akan hilang. Untuk mengetahui bahwa semua air sudah hilang adalah sebagai berikut : memberikan pemanasan pada senyawa hidrat hingga terjadi perubahan wujud yaitu menjadi bubuk, terjadi perubahan warna, gelas tempat pemanasan akan kering dari molekul airnya.
Dalam dunia farmasi hidrasi memiliki peranan penting dalam pembuatan alkohol yang merupakan bahan dasar yang sangat dibutuhkan untuk berbagai reaksi-reaksi kimia. Alkohol atau ethanol terbuat dari hidrasi air etilena yang dikatalisis oleh asam. Tak hanya alkohol yang bisa dibuat dari hidrasi tetapi juga asam sulfat yang merupakan asam mineral yang kuat dan merupakan pokok utama dalam industri kimia.

B. Maksud dan Tujuan  
    1. Maksud percobaan
Mengetahui dan memahami sifat senyawa hidrat / anhidrat dalam   proses hidrasi air dan cara penentuan bilangan hidrat.
2. Tujuan percobaan
a.    Untuk mempelajari berbagai sifat dan karakteristik senyawa hidrat / anhidrat
b.    Untuk memverifikasi persen air dalam Magnesium Sulfat Hidrat
c.    Untuk memverifikasi rasio mol dari air terhadap garam dalam  Magnesium Sulfat Hidrat.
C. Prinsip Percobaan
Pengamatan karakteristik senyawa FeCl3.6H2O dan C7H6O6S.2H2O serta penentuan bilangan hidrat dari senyawa MgSO4.7H2O berdasarkan perbandingan mol senyawa hidrat dan mol air.







BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Teori Umum
Senyawa atau zat padat yang tidak mengandung air disebut anhidrat misalnya CaO yang merupakan anhidrat basa dari Ca(OH)2. Sedangkan senyawa yang mengandung atau mengikat molekul air secara kimia sebagai bagian dari kisi kristalnya disebut dengan air hidrat. Senyawa hidrat disebut juga senyawa kristal, karena mengandung molekul air yang mempunyai ikatan hidrogen. Dengan adanya molekul air pada kisi kristal, maka akan menyebabkan kristal itu stabil hingga dalam kisi yang terhidrat akan membentuk ikatan hidrogen.
Molekul air terikat secara kimia dalam senyawa sehingga molekul air bagian dari kisi kristal. Misalnya senyawa tembaga (II) sulfat pentahidrat yang ditulis sebagai CuSO4.5H2O. Senyawa hidrat bisa mengikat satu sampai dua puluh molekul air, maka akan membentuk kristal dekahedrasi yang berbentuk bujur sangkar, dan senyawa ini disebut klatrat, yaitu senyawa yang besar  antara molekul H2O yang berikatan hidrogen mengurung molekul netral lainnya tanpa ikatan berbentuk bujur sangkar.
Melalui proses pemanasan, senyawa hidrat adalah garam hidrat bisa terurai menjadi senyawa anhidrat atau garam anhidrat dan uap air. Artinya, molekul air (air hidrat) terlepas dari ikatan dimana kehilangan air dari hidrat ini menjadi dalam beberapa tahap membentuk suatu rangkaian juga dengan struktur kristal yang teratur dan mengandung air lebih sedikit. Air hidrat sering terlepas ikatannya karena pemanasan, jika CuSO4.5H2O dipanaskan, semua airnya hilang, kristal CuSO4 disebut juga dengan tembaga (III) sulfat hidrat. Jika kristal anhidrat tersebut dibiarkan diudara terbuka, akan menyerap air dari udara secara terus menerus sampai penta-hidrat terbentuk. Kehilangan air dari hidrat terjadi beberapa tahap membentuk suatu rangkaian hidrat dengan struktur kristal teratur yang mengandung air lebih sedikit. Untuk mengetahui bahwa semua air sudah hilang adalah sebagai berikut :
1.    Memberikan pemanasan pada senyawa hidrat sehingga terjadi perubahan wujud yaitu menjadi bubuk
2.    Terjadi perubahan warna
3.    Gelas tempat pemanasan akan kering dari molekul airnya.
Bila suatu zat terlarut yang berupa fase padat dilarutkan kemudian larutan tersebut diuapkan maka pada hasil penguapannya yaitu berupa fase padat kembali. Zat padat yang terbentuk tersebut mengandung air. Istilah-istilah penting dalam mempelajari air hidrat ini adalah sebagai berikut :
1.    Garam anhidrat adalah garam yang telah mengalami kehilangan molekul air, garam ini terbentuk dari penguraian garam hidrat yang dipanaskan
2.    Garam hidrat adalah garam yang mempunyai sejumlah tetap molekul air dalam setiap molekulnya
3.    Persen komposisi adalah perbandingan massa air kristal terhadap massa garam hidrat atau perbandingan massa air yang dibebaskan semua dalam air.
Klatrat merupakan molekul-molekul asing yang terperangkap dalam suatu struktur induk yang besar tanpa ada reaksi kimia. Struktur induk ini bisa berupa atau berasal dari molekul H2O atau molekul lainnya seperti agrerat aquamon (fenol). Hidrat dari gas mulia dalam molekul air dapat menjadi klatrat (Wilkinson, 1989 : 205-208).
Selain itu, pada analisis gravimetri praktis terdapat metode-metode penguapan atau pembebasan gas. Metode pembebasan gas atau penguapan pada hakekatnya bergantung pada penghilangan bahan penyusun (konstituen) yang mudah menguap (atsiri), dapat dicapai dengan beberapa cara :
1.    Dengan pemijaran sederhana dalam udara atau dalam suatu aliran gas yang tak bereaksi
2.    Dengan pengolahan beberapa regensia kimia, pada mana bahan penyusun yang dikehendaki dijadikan mudah menguap
3.    Pengolahan dengan suatu regensia kimia, pada mana bahan penyusun yang dikehendaki, dijadikan tak mudah menguap (tak atsiri).
Zat yang telah dijadikan tak mudah menguap ini dapat diabsorpsi (diserap) dalam sejumlah medium yang sesuai, yang telah ditimbang. Bila penaksiran ini adalah penaksiran langsung atau bobot residu ditetapkan dan proporsi bahan penyusun itu dihitung dari bobot yang hilang, yang terakhir ini adalah metode tak langsung. Penetapan cairan yang melekat pada permukaan atau air kristalisasi dalam senyawaan terhidrasi, dapat dilakukan hanya dengan memanaskan saja, sampai temperatur yang sesuai dengan menimbang residunya. Zat-zat yang terurai ketika dipanaskan dapat dipelajari lebih lengkap pada analisis termal. Air ini juga dapat diabsorpsi dalam sejumlah zat pengering yang sesuai dengan bobotnya seperti kalsium klorida.
Beberapa unsur, seperti natrium dan kalsium, yang bersenyawa dengan radikal-radikal dari asam yang mudah menguap atau asam organik, dapat ditetapkan dengan memanaskannya sampai kering dengan asam sulfat, residu berupa sulfat, lalu ditimbang.
2Hax  + H2SO4  → Na2SO4 + 2Hx
Logam-logam yang mengganggu tentu saja harus dihilangkan lebih dulu. Satu contoh yang berhubungan adalah penetapan silika murni dalam residu silika tak murni yang telah dipijarkan. Residu ini lalu diolah dengan satu campuran asam sulfat dan asam fluorida, silika diubah menjadi silikon tetrafluorida yang mudah menguap.
SiO2 + 4HF    → SiF4 + 2H2O
Residu terdiri dari zat pengatur dan kehilangan bobot dari krus merupakan banyaknya silika murni yang terdapat, asalkan zat-zat pengkontaminasinya berada dalam bentuk yang sama sebelum dan sesudah pengolahan dengan asam fluorida, dan tak menguap pada pengerjaan ini. Meskipun silika bukan satu-satunya unsur yang membentuk fluorida yang mudah menguap, ia adalah unsur yang paling melimpah dan paling sering dijumpai, maka metode pemisahan dengan penguapan itu umumnya memuaskan. Pemisahan Kronium sebagai bromil klorida CrO2Cl2 merupakan satu metode yang mudah untuk menghilangkan kromin, manakala aluminium dan unsur-unsur trivalen lainnya harus ditetapkan (Setiono, 1998 : 503-505).
Selain dengan cara pengendapan, pemisahan analit murni dapat dilakukan dengan cara penguapan atau dengan cara pengeringan. Dasarnya adalah penghilangan penyusun yang mudah menguap, yang dilakukan dengan beberapa cara :
1.    Pemijaran secara sederhana dalam udara atau dalam aliran gas yang tidak ikut bereaksi (indifferent)
2.    Dengan memakai pereaksi kimia yang dapat mengubah penyusun yang diketahui menjadi lebih mudah menguap
3.    Dengan memakai pereaksi kimia sehingga senyawa dapat diubah menjadi penyusun yang sukar untuk menguap.
Pada cara-cara ini juga dapat ditentukan kelembaban atau kadar air hablur suatu bahan dengan cara memanaskan pada suhu dengan menimbang dapat dihitung kadar air lembab atau air hablur. Penetapan kadar karbondioksida dalam senyawa-senyawa karbonat dapat dilakukan dengan penambahan asam berlebihan lalu CO2-nya diserap dengan larutan alkali atau asbes alkalis (ascarite) gas CO2 didorong keluar dari larutan dengan pemanasan atau dengan dengan mengusirnya menggunakan aliran udara bebas CO2. Udara untuk keperluan ini harus kering (tidak lembab) dan jika perlu dikeringkan melalui pengeringan sebelum dilakukan ke alat-alat penyerapan CO2. Penambahan berat yang terakhir ini merupakan berat dari CO2  yang dicari (Rohman, 2007 : 111-112).
Gravitasi metiko dengan cara penguapan lazim dipakai untuk penentuan kadar air dan karbondioksida. Air dihilangkan secara terhitung dari cuplikan senyawa anorganik dengan cara penyerapan pada zat pengering padat. Massa air yang hilang itu ditetapkan dengan cara tak langsung. Disini dianggap bahwa air merupakan satu-satunya zat yang telah diuapkan. Anggapan ini seringkali tidak benar, karena pemijaran kadang-kadang tidak semata-mata disebabkan oleh penyerapan air. Selain untuk penetapan kadar air gravitasi dengan cara penguapan dapat pula dipakai penentuan kadar karbondioksida. Biasanya senyawa-senyawa karbonat diuraikan dengan asam sehingga dihasilkan gas karbondioksida yang mudah lepas dari larutan bila dipanaskan (Rivai, 2006 : 316-317).
Sifat polar molekul air penting bila air digunakan sebagai suatu pelarut. Air mudah melarutkan banyak senyawa ion karena hidrasi senyawa ion-ion itu. Sebuah ion terhidrasi adalah suatu penggugusan ion itu dengan satu molekul air atau lebih. Dalam larutan banyaknya molekul air yang menggerumuni ion-ion nampaknya tak tentu, namun sering kali bila suatu larutan air dari suatu garam yang larut diuapkan, garam itu mengkristal dengan banyaknya molekul air yang tepat tertentu, yang disebut air kristalisasi. Dalam kebanyakan hal ternyata air kristalisasi dalam garam-garam dikaitkan dengan ion positif  sering kali dalam menamai garam atau dalam menulis rumus untuk menamainya, nama atau rumus garam tak terhidrasi digunakan untuk garam berhidrasi. Misalnya suatu larutan tembaga sulfat dapat dinyatakan dengan rumus CuSO4 dalam persamaan, padahal dalam kenyataan baik ion Cu2+ maupun SO42-  terhidrasi dalam larutan tersebut, untuk menekankan ada atau tidaknya air terhidrasi digunakan istilah anhidrat (anhydrous) dan hidrat dalam nama itu untuk membedakan keduanya, misalnya:
Tembaga sulfat anhidrat CuSO4, tembaga sulfat pentahidrat CuSO4.5H2O, zink klorida anhidrat ZnCl2, zink klorida heksahidrat ZnCl.6H2O. Penta dan heksa diatas menyatakan banyaknya molekul air dalam CuSO4.5H2O empat molekul air diikat didekat tiap ion Cu2+  dan satu diikat dalam kristal antara ion-ion SO42- suatu garam-garam hidrat murni CuSO4.5H2O nampak seperti kering, tidak kelihatan lembab sama sekali, namun sering kali terdapat beda yang jelas antara garam anhidrat dan hidrasi, misalnya tembaga sulfat anhidrat  CuSO4  berwarna putih, sedangkan senyawa hidratnya  CuSO4.5H2O berwarna biru (Kleinfelter, 1980 : 362-363).
Beberapa senyawa, ketika kristal dari larutan air, dari padatan yang memasukkan molekul air sebagai bagian dari struktur kristal. Air dihubungkan sebagai kristalisasi atau air hidrasi senyawa dikatakan berhidrasi itu disebut hidrat, hidrasi biasanya didapatkan dari memanaskan senyawa, meninggalkan senyawa hidrat, jumlah molekul air digabung dengan satu unit formula dari senyawa anhidrat biasa sangat tergantung pada kondisi luar yaitu temperatur dan tekanan. Beberapa perbedaan  hidrat-hidrat dapat diketahui. Contohnya kristalisasi dari larutan air pada suhu ruang sebagai dehidrat Na2CO3.7H2O dan monohidrat Na2CO3.H2O adalah stabil (Peters, 1978 : 110).
Banyak garam dari senyawa-senyawa dengan jumlah mol air tertentu dikombinasikan dengan masing - masing mol garam. Senyawa hidrat dihubungkan sebagai air kristalisasi atau hidrasi. Senyawa seperti itu disebut hidrat. Garam hidrat biasanya diubah pada anhidrat dengan pemanasan :
Garam hidrat → garam anhidrat + air
Karena itu mungkin untuk menentukan persentase air yang ada seperti pada suatu garam hidrat dengan menentukan massa yang hilang ketika massa hidrat yang diketahui dipanaskan :
Persentase zat :   . 100 %
(Ritchey, 1981 : 39).

B. Uraian bahan 
1.      MgSO4.7H2O                 (Dirjen POM, 1979 : 354)          
Nama resmi                   : MAGNESII SULFAS
Nama lain                      : Magnesium sulfat, garam inggris
Rumus molekul             : MgSO4.7H2O
Berat molekul               : 246,47
Pemerian                       : Hablur, tidak berwarna, tidak berbau, rasa dingin, asin dan pahit. Dalam udara kering dan panas merapuh
Kelarutan                      : Larut dalam 1,5 bagian air, agak sukar larut dalam etanol (95%) P
Penyimpanan                : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan                      : Sebagai sampel komposisi hidrat

2.      FeCl3.6H2O                     (Dirjen POM, 1979 : 659)
Nama resmi                   : FERROS CHLORIDUM
Nama lain                      : Besi (III) klorida
Rumus molekul             : FeCl3.6H2O
Berat molekul               : 162,2
            Pemerian                       : Hablur, hitam kehijauan, bebas warna hingga dari garam hidrat  yang telah terpengaruh kelembaban
Kelarutan                      : Larut dalam air, larutan berwarna jingga
Kegunaan                      : Sebagai sampel dalam percobaan sifat anhidrat/hidrat.


3.      C7H6O6S.2H2O               (EC DIRECTIVE, 2006 :1-2)
Nama resmi                   : SULPHOSALICYCLIC ACID
Nama lain                      : Sulfur salicylicum
HO3S
O
OHHH
OH
.2H2O
Rumus molekul             : C7H6O6S.2H2O
Rumus bangun              :




Berat molekul               : 254,22
Pemerian                       : Hablur ringan tidak berwarna atau serbuk berwarna putih hampir tidak berbau, rasa agak manis dan tajam.
Kelarutan                      : Larut dalam 550 bagian air dan dalam 4 bagian        etanol (85%) P dan dalam eter P. Larut dalam larutan amonium asetat P dinatrium hidrogerfosfat P, kalium sitrat P dan natrium nitrat P.
Penyimpanan                : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan                      : Sebagai komposisi anhidrat

4.      Aquades                          (Dirjen POM, 1979 : 96)
Nama resmi                   : AQUA DESTILLATA
Nama lain                      : Air suling
Rumus molekul             : H2O
Berat molekul               : 18,02
Pemerian                       : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,  tidak   mempunyai rasa.
Kelarutan                      : −
Penyimpanan                : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan                      : Sebagai sampel

C. Prosedur kerja
1.      Sifat anhidrat/hidrat
a.       Ambil FeCl3.6H2O dan C7H6O6S.2H2O masing-masing dengan spatula, masukkan pada gelas arloji
b.      Diamkan gelas arloji dan lanjutkan percobaan, amati apa yang terjadi pada FeCl3.6H2O dan C7H6O6S.2H2O dari waktu ke waktu
c.       Catat data yang anda peroleh.
2.      Komposisi anhidrat
a.       Ambil sebuah krus porselin dan penutupnya, bersihkan dengan sabun dan keringkan
b.      Tempatkan krus porselin dan tutupnya pada segitiga, dan atur. Panaskan dengan nyala bunsen hingga memijar selama 5 menit. Setelah itu dinginkan hingga suhu kamar
c.       Timbang krus dan tutupnya
d.      Ulangi prosedur ini hingga penimbangan 2 kali berat krus tidak berbeda 0,005 gr
e.       Tambahkan sekitar 3 - 4 gr Magnesium sulfat hidrat kedalam krus porselin. Timbang dan hitung berat hidrat yang sebenarnya
f.       Ulangi langkah b – d. Tentukan berat Magnesium sulfat anhidrat dan berat kehilangan airnya. Catat data pada lembar laporan
g.      Sebelum mengakhiri percobaan, teteskan beberapa tetes air pada garam anhidrat, amati apa yang terjadi.









BAB III
METODE KERJA
A.    Alat dan Bahan
1.      Alat
Kaki tiga, pembakar spiritus, gelas arloji, cawan porselin, neraca O’ hauss, dan statif
2.      Bahan
Aquades, MgSO4.7H2O (Magnesium Sulfat heptahidrat), FeCl3.6H2O (Besi (III) Klorida heksahidrat) dan C7H6O6S.2H2O (Asam 5 sulfosalisil dihidrat).

B. Cara kerja
1. Sifat hidrat/anhidrat
a.       Diambil sampel (FeCl3.6H2O dan C7H6O6S.2H2O) dalam jumlah sedikit
b.      Diletakkan / ditempatkan masing-masing sampel dalam gelas arloji
c.       Diamkan sampelnya
d.      Diamati tiap 5 menit, 10 menit, 15 menit dan 20 menit
e.       Dicatat perubahannya
2. Komposisi Hidrat
a.       Diambil krus porselin/capor dibersihkan dan dikeringkan
b.      Dipijarkan diatas bunsen selama 5 menit
c.       Ditimbang , dicatat hasilnya
d.      Diulangi langkah b dan c
e.       Dimasukkan sampel hidrat (MgSO4.7H2O) sebanyak 3 gr dalam capor, ditimbang, dicatat hasilnya
f.       Dipijarkan diatas bunsen selama 5 menit
g.      Ditimbang dan dicatat hasilnya
h.      Diulangi langkah f dan g
i.        Diteteskan 3 tetes aquades
j.        Dicatat perubahan yang terjadi (hasilnya).

















BAB IV
HASIL PENGAMATAN
A.    Tabel Pengamatan
1.      Sifat hidrat / anhidrat
Sampel
Waktu (menit)
KETERANGAN
5’
10’
15’
20’
FeCl3.6H2O
­+
++
+++
++++
Serbuk/padatan → meleleh sempurna
C7H6O6S.2H2O
+
+
++
+++
Serbuk → meleleh sebagian
                   Ket : +        = mulai mencair
      ++      = sedikit mencair
      +++    = mencair sebagian
      ++++  = mencair seluruhnya

2.      Komposisi hidrat
Sampel MgSO4.7H2O
Massa (gr)
Konsistensi
Sebelum dipijarkan
3 gr
Serbuk
Setelah dipijarkan :


Pertama
2,3 gr
Padatan
Kedua
1,75 gr
Padatan
+ Aquades
Kristal




B.  Perhitungan
1. Bobot kehilangan air
B.sampel hidrat       : 3 gr
B.garam anhidrat     : 1,75 gr _
Bobot kehilangan air :1,25 gr
      2. %Kadar air
 x 100 % =  x 100 % = 42 %
3. ∑ mol air hilang
 =   = 0,07 mol
4.  ∑ mol MgSO4
 =  = 0,014 mol
5.       Rasio mol H2O terhadap MgSO4 anhidrat
 =  = 5






BAB V
PEMBAHASAN
Hidrasi air adalah suatu proses pengikatan molekul air oleh senyawa atau ion-ion, molekul air ini terikat secara kimia pada senyawa, sehingga menjadi bagian dari kisi kristal. Adapun senyawa yang mampu mengikat molekul air yaitu senyawa hidrat seperti MgSO4.7H2O, FeCl3.6H2O, C7H6O6S.2H2O dan lain sebagainya. Senyawa-senyawa hidrat ini dapat menjadi senyawa anhidrat yaitu senyawa yang kehilangan molekul airnya dikarenakan pemanasan terus menerus. Melalui proses pemanasan, senyawa hidrat adalah garam hidrat bisa terurai menjadi senyawa anhidrat atau garam anhidrat dan uap air. Artinya, molekul air (air hidrat) terlepas dari ikatan dimana kehilangan air dari hidrat ini menjadi dalam beberapa tahap membentuk suatu rangkaian juga dengan struktur kristal yang teratur dan mengandung air lebih sedikit. Jika kristal anhidrat tersebut dibiarkan diudara terbuka, akan menyerap air dari udara secara terus menerus sampai penta-hidrat terbentuk. Kehilangan air dari hidrat terjadi beberapa tahap membentuk suatu rangkaian hidrat dengan struktur kristal teratur yang mengandung air lebih sedikit. Adapun senyawa hidrida yaitu senyawa apapun yang mampu mengikat hidrogen. Dan senyawa yang bisa mengikat air berarti senyawa tersebut bersifat hidroskopis.
Pada percobaan kali ini, kita melakukan dua pengamatan. Pengamatan pertama tentang sifat anhidrat/hidrat dan yang kedua adalah penentuan komposisi hidrat. Pada sifat anhidrat/hidrat, pertama-tama siapkan alat dan bahan, kemudian bersihkan alat yang digunakan agar bahan tidak terkontaminasi dengan zat lain, kemudian ambil bahan dengan menggunakan spatula gunanya agar bahan tidak terkontaminasi dengan suhu tubuh, letakkan bahan (FeCl3.6H2O dan C7H6O6S.2H2O) pada kaca arloji. Setelah sampel diletakkan dikaca arloji amati perubahan wujud dan warna setiap 5’, 10’, 15’,20’ menit dan catat hasilnya (perubahannya dari padat kecair dan dari putih kebening atau dari orange ke kuning). Untuk pengamatan kedua adalah komposisi hidrat, pertama-tama ambil cawan porselin kemudian bersihkan dan keringkan agar tidak terkontaminasi dengan zat lain, setelah dibersihkan pijarkan cawan porselin diatas pembakar spiritus selama 5 menit agar dapat mendapatkan berat sebenarnya pada cawan porselin, kemudian timbang (ulangi sebanyak 2 kali), kemudian sampel hidrat (MgSO4.7H2O) dimasukkan kedalam cawan porselin sebanyak 3 gr (menggunakan senyawa hidrat agar kita dapat mengetahui komposisi / kandungan H2O pada sampel). Setelah di masukkan kedalam cawan porselin, pijarkan diatas pembakar spiritus selama 5 menit, timbang lalu catat hasilnya kemudian ulangi sebanyak 2 kali agar pembakaran / pelepasan H2O berjalan dengan baik (maksimal), setelah itu teteskan 3-7 tetes aquades (berguna agar dapat mengamati apakah sampel (senyawa anhidrat) dapat mengikat H2O atau tidak­), kemudian catat perubahan pada wujud sampel MgSO4.7H2O.
Dalam percobaan penentuan sifat anhidrat/hidrat, adapun hasil pengamatan yang diperoleh pada sampel FeCl3.6H2O mulai mencair pada 5 menit pertama, serupa dengan sampel C7H6O6S.2H2O yang mulai mencair pada 5 menit pertama. Sampel mulai mencair karena sampel itu masih bisa mengikat molekul H2O yang ada diudara. Kemudian pada menit ke 10, sampel FeCl3.6H2O sedikit mencair sedangkan pada C7H6O6S.2H2O belum terjadi perubahan yang signifikan, hal ini terjadi karena kesetimbangan dari senyawa tersebut lebih seimbang. Kemudian pada menit ke 15 sampel FeCl3.6H2O sudah mencair sebagian sedangkan pada sampel C7H6O6S.2H2O baru mulai sedikit mencair. Kemudian pada menit ke 20 sampel FeCl3.6H2O sudah mencair seluruhnya sedangkan pada C7H6O6S.2H2O hanya mencair sebagian. Perubahan yang terjadi dari awal pengamatan, wujud dari FeCl3.6H2O sebelum disimpan pada gelas arloji, berbentuk padat dan setelah dibiarkan selama 20 menit disuhu ruangan wujudnya berubah menjadi cair/meleleh. Sedangkan pada C7H6O6S.2H2O pada 20 menit setelah pengamatan, sampel hanya mencair sebagian, hal ini terjadi karena kesetimbangan dari senyawa ini lebih seimbang dari pada sampel  FeCl3.6H2O sehingga perubahan wujud yang terjadi lebih lama.
Dan pada percobaan komposisi hidrat, sampel yang digunakan adalah MgSO4.7H2O. Sebelum dipijarkan, massa MgSO4.7H2O yang diperoleh adalah 3 gr dan berbentuk serbuk. Kemudian pada pijaran yang pertama berat menyusut menjadi 2,3 gr dan masih berbentuk padatan. Lalu pada pijaran kedua berat menyusut lagi menjadi 1,75 gr dan tetap dalam bentuk padatan. Setelah itu pada sampel ditambahkan beberapa tetes aquades setelah diamati beberapa menit kemudian sampel berubah wujud menjadi kristal. Adapun alasan penyusutan bobot pada sampel setelah dipanaskan karena hidrat yang terkandung dalam sampel telah menguap. Bobot kehilangan air yang didapatkan adalah berat sampel hidrat (3 gr) dikurang dengan berat garam anhidrat (1,75gr) yaitu 1,25 gr, %kadar air yang didapatkan adalah bobot kehilangan air dibagi bobot sampel hidrat dikalikan dengan 100% yaitu 0,42 %, jumlah mol air hilang yang didapatkan adalah bobot kehilangan air dibagi berat molekul air yaitu 0,070 mol, jumlah mol MgSO4 yang didapatkan adalah bobot MgSO4 anhidrat dibagi berat molekul MgSO4 yaitu 0,014 mol. Sedangkan rasio mol H2O terhadap MgSO4 anhidrat yang didapatkan adalah mol H2O dibagi mol MgSO4 yaitu 5.
Hidrat adalah senyawa padat yang mengandung air. Pada percobaan tentang komposisi hidrat pada sampel MgSO4, bilangan hidrat yang didapatkan adalah 5 sedangkan menurut literatur disebutkan bahwa MgSO4 mempunyai bilangan hidrat 7 atau dengan rumus molekul   MgSO4.7H2O. Hal ini disebabkan karena adanya faktor kesalahan yang dilakukan pada saat percobaan yaitu pemanasan yang dilakukan pada sampel hidrat yang tidak sempurna yang mengakibatkan masih adanya kandungan air didalam zat tersebut  atau tidak 100 % H2O yang  apabila dibiarkan diudara terbuka maka akan menyerap air. Untuk FeCl3.6H2O akan lebih banyak menyerap H2O sedangkan C7H6O6S.2H2O kurang banyak menyerap H2O yang ada diudara. Hal ini serupa dengan literatur yang ada bahwa FeCl3.6H2O adalah senyawa yang kurang stabil/seimbang sehingga menyebabkan senyawa tersebut banyak mengikat H2O untuk menstabilkan struktur molekul airnya, sedangkan pada C7H6O6S.2H2O senyawanya cukup seimbang sehingga kemampuannya untuk mengikat H2O diudara itu kecil.
Tujuan dilakukan hidrasi air pada suatu senyawa adalah supaya senyawa tersebut dapat mempertahankan wujudnya dalam bentuk padat/serbuk sehingga pada saat disimpan dalam kemasan tidak dapat mengikat air ataupun meleleh sehingga dalam penggunaan selanjutnya dapat maksimal.
Karakteristik senyawa yang dapat mengikat air adalah jika senyawa tersebut diletakkan atau disimpan diruang terbuka, maka senyawa tersebut akan menyerap molekul air yang ada diudara atau dilingkungannya. Senyawa tersebut memiliki sifat hidroskopis (kemampuan senyawa untuk menyerap molekul air yang ada dilingkungannya). Hal ini ditandai dengan adanya lelehan atau titik-titik air disekitar senyawa. Dan pada saat dipijarkan contohnya senyawa tersebut diletakkan dicawan porselin dan diatasnya ditutup dengan gelas arloji maka akan terlihat titik-titik air melekat pada gelas arloji.
Adapun faktor-faktor kesalahan yang terjadi pada percobaan hidrasi air yaitu :
1.      Pada saat pemijaran cawan porselinnya tidak sejajar dengan mata api. Jadi proses pemijaran MgSO4 tidak sempurna. Karena ketidak sempurnaan pembakaran menyebabkan pelepasan H2O tidak sempurna, sehingga rasio mol H2O yang didapatkan sebesar 5
2.      Pada saat pemijaran yang dilakukan hanya dilakukan selama 5 menit, sedangkan didalam penuntun pemijaran selama 10 menit
3.      Kesalahan eksternal yang berupa mengganggunya udara saat proses pemijaran. Atau pemijaran yang menyebabkan nyala api tidak sempurna dan terkontaminasinya MgSO4 dengan gas-gas lain yang ada diudara.
4.      Kesalahan kalibrasi alat dan kurang terampilnya praktikan dalam menggunakan dan membaca neraca O hauss, yang mengakibatkan kurang akuratnya hasil penimbangan dan itu berakibat fatal pada perhitungan kehilangan bobot air, % kadar air, jumlah mol air hilang, jumlah mol MgSO4 itu sendiri, dan rasio mol H2O terhadap MgSO4 anhidrat.
Hubungan hidrasi air dalam dunia farmasi yaitu pada proses pencampuran suatu zat, jika dalam proses pencampuran zat  untuk membuat suatu sediaan obat berikatan dengan molekul air, maka itu bisa dikatakan dengan proses hidrasi air. Selain itu pada proses pembuatan alkohol yang merupakan bahan dasar yang sangat dibutuhkan untuk berbagai reaksi-reaksi kimia. Alkohol atau ethanol ini terbuat dari hidrasi air etilena yang dikatalisis oleh asam. Tak hanya alkohol yang bisa dibuat dari hidrasi tetapi juga asam sulfat yang merupakan asam mineral yang kuat dan merupakan pokok utama dalam industri kimia.


BAB VI
PENUTUP
A.     Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang sudah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1.      Sifat dan karakteristik senyawa hidrat/anhidrat pada sampel FeCl3.6H2O adalah meleleh sempurna sedangkan pada sampel C7H6O6S.2H2O sampel hanya meleleh sebagian setelah 20 menit dibiarkan pada suhu ruangan.
2.      Persen yang didapatkan dalam senyawa MgSO4. 7H2O adalah 42 %
3.      Rasio mol dari air terhadap garam dan MgSO4.7H2O adalah 5

B.     Saran
Agar alat dan bahan yang ada dilaboratorium lebih dilengkapi sehingga praktikum dapat berjalan dengan baik dan cepat. Dan untuk asisten supaya lebih bersabar dalam menghadapi kami dan pertahankan cara memberikan penjelasan kepada praktikan.








DAFTAR PUSTAKA
J.Basset, Rc.Denny.G.H Jehni. Memahami Kimia Analisa Kuantitatif  edisi 4. Erlangga. Jakarta. 1994
R.A.Day dan A.L.Undewood. Kimia Analisis Kuantitatif. Erlangga. Jakarta. 1989
Rivai,Harrizul. Asas pemeriksaan kimia. UI.Press. Jakarta . 2006
Rohman dkk. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka belajar. Jakarta. 2007
Dirjen POM. Farmakope Indonesia edisi ketiga. Departemen kesehatan. Jakarta. 1979
Tim dosen kimia dasar. Penuntun Praktikum Kimia Dasar. UIN Alauddin. Makassar. 2011
Anonim. R.Hidrat. www.scribd.com/doc/137435b (diakses pada tanggal 11 Januari 2012)
EC DIRECTIVE. Lembar data keselamatan bahan. www. merck-chemicals. co. id / PDF. (diakses pada tanggal 10 Januari 2012)








LAMPIRAN
A. Skema Kerja
    1. Komposisi anhidrat
Gelas arloji
Sampel anhidrat
FeCl3.6H2O
C7H6O6S.2H2O
Amati tiap 5’, 10’, 15’ dan 20’
Catat yang terjadi
 
2. Komposisi Hidrat












Text Box: 2 kali


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar